Kebebasan Dan Belenggu: Merinci Perspektif Paulus Tentang Perbudakan Dalam Awal Kekristenan

Authors

  • Cindy Natalia Salinding Institut Agama Kristen Negeri Toraja

DOI:

https://doi.org/10.62200/magistra.v2i3.133

Keywords:

Paul, Spiritual Equality, Spiritual Freedom

Abstract

This article examines Paul's perspective on slavery in early Christianity with a focus on the concept of spiritual equality and views on spiritual freedom. Although Paul did not explicitly call for the physical liberation of slaves, the concept of spiritual equality in Christ became a moral basis that highlighted the dignity of every individual regardless of social status. Paul's view of spiritual freedom was interpreted as a potential encouragement to support physical and social liberation, although it did not propose direct changes in law or policy. This research also details possible responses of early Christian communities to this concept in practical contexts, including efforts to support human rights and create an ethical environment that respects the values ​​of freedom and human dignity.

 

References

Arifianto, Y. A., & Santo, J. C. (2020). Memahami hukuman salib dalam perspektif intertestamental sampai dengan Perjanjian Baru. Jurnal Teologi, 3(1), 43–52.

Fabeat, Y., & Hukubun, M. (n.d.). Teologi satu tubuh dari perspektif pluralisme. 11–17.

Februari, N. (2023). Jurnal Teologi Pambelum, 2(1), 199–207.

Gea, V., & Laukapitang, Y. D. A. (2010). Ajaran Paulus tentang kemerdekaan atas kuk perhambaan berdasarkan Galatia 5: 1-6 dan implikasinya bagi orang percaya masa kini. 1–6.

Hakh, S. B. (2022). Analisis konstruktif bibliologis Perjanjian Baru tentang moderasi beragama. Jurnal Teologi, 8(2), 297–310.

Hauw, A. (2009). Peran kekristenan dalam pendamaian: Refleksi dari surat Filemon tentang kekerasan tersistem. 1(1), 97–116.

Limasaputra, A. D. (n.d.). Memandang penderitaan melalui perspektif the already and the not yet dari Rasul Paulus. 43–59.

Lumi, D. R. N., Harefa, D., Anugrah, L., Laurika, H., Institut Agama, K., Sekolah Tinggi, T. A., & Anderson, S. T. (2022). Analisis manajemen konflik Paulus dalam rekonsiliasi Filemon dan Onesimus. Jurnal Manajemen Pendidikan Kristen, 2(1), 45–55.

No Title. (n.d.). 1–23.

Nugraha, M. T. (2015). Perbudakan modern (modern slavery): Analisis sejarah dan pendidikan. 9.

Nur, I., & Sihombing, I. (n.d.). Dan implikasinya bagi jemaat Gereja Pentekosta Kudus Indonesia (GEPKIN) Pasar Rebo Jakarta Timur. 1–6.

Pandangan, P., Kolonial, D., & Callahan, A. D. (2021). Perbandingan pandangan kolonial dan poskolonial dari Arzt-Grabner dan A.D. Callahan dalam tafsir surat Filemon. 1–6.

Pendidikan, J., & D. A. N. (2023). Sesawi. 4(2), 100–114.

Print, I. (2020). Ancaman ajaran sesat di lingkungan kekristenan: Suatu pelajaran bagi gereja-gereja di Indonesia. 9(1), 163–184.

Rabim, D., & Made, R. I. (2023). Fenomena komersialisasi tubuh manusia. 8(1).

Ristanto, D. A. (2020). Dimensi sosial ekaristi Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI. 02(1), 119–142.

Sangga, S. (n.d.). Memahami pemberitaan Injil dari perspektif Paulus serta implementasinya bagi seorang pendeta sebagai pekabar Injil. Institut Agama Kristen Negeri Toraja.

Sinaksak, P. (2020). Dimensi perjanjian dan rahmat sakramen perkawinan dalam perspektif teologi tubuh Paus Yohanes Paulus II.

Sosial-budaya, P., & Megaurban, D. (n.d.). Perubahan spasial dan sosial-budaya sebagai dampak megalurban di daerah pinggiran kota Semarang. 131–140.

Wenno, V. K., & Ambon, N. (2022). Paul’s approach in resolving the slavery conflict: A socio-historical analysis of Paul’s letter to Philemon. 7(1).

Published

2024-07-01

How to Cite

Cindy Natalia Salinding. (2024). Kebebasan Dan Belenggu: Merinci Perspektif Paulus Tentang Perbudakan Dalam Awal Kekristenan. Jurnal Magistra, 2(3), 01–14. https://doi.org/10.62200/magistra.v2i3.133